Dosis tinggi obat ADHD berkaitan dengan risiko psikosis
Dosis tinggi obat ADHD berkaitan dengan risiko psikosis
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan neurobehavioral yang umum terjadi pada anak-anak dan dapat terus berlanjut hingga dewasa. Salah satu metode pengobatan yang umum digunakan untuk mengelola ADHD adalah dengan memberikan obat-obatan stimulan, seperti metilfenidat atau amfetamin.
Namun, sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa dosis tinggi obat ADHD dapat meningkatkan risiko psikosis pada pasien yang mengonsumsinya. Psikosis adalah gangguan mental yang ditandai dengan hilangnya kontak dengan realitas, seperti halusinasi, delusi, dan gangguan pikiran. Risiko psikosis ini terjadi terutama pada pasien yang memiliki riwayat gangguan mental atau keluarga dengan riwayat gangguan mental.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal JAMA Psychiatry ini melibatkan lebih dari 3 juta orang yang mengonsumsi obat ADHD selama 12 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa dosis tinggi obat ADHD meningkatkan risiko psikosis sebesar 64% dibandingkan dengan dosis rendah. Risiko ini juga lebih tinggi pada pasien yang mengonsumsi obat-obatan stimulan jenis amfetamin daripada metilfenidat.
Meskipun hasil studi ini menunjukkan hubungan antara dosis tinggi obat ADHD dan risiko psikosis, namun belum ada penjelasan yang pasti mengenai mekanisme yang menyebabkan hal ini terjadi. Para peneliti berhipotesis bahwa dosis tinggi obat ADHD dapat mempengaruhi neurotransmitter di otak, seperti dopamin dan serotonin, yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya psikosis.
Sebagai reaksi terhadap temuan ini, para ahli kesehatan menyarankan agar penggunaan obat ADHD harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai dengan dosis yang direkomendasikan. Pasien yang mengalami gejala psikosis setelah mengonsumsi obat ADHD harus segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Selain itu, penting juga bagi pasien dan keluarga untuk memahami risiko dan manfaat penggunaan obat ADHD serta melakukan monitoring secara teratur terhadap kondisi kesehatan pasien. Dengan demikian, dapat meminimalkan risiko terjadinya komplikasi seperti psikosis akibat penggunaan dosis tinggi obat ADHD.